Jumat, 22 Oktober 2010

JIWA CINTA

JIWA CINTA
Sony E. Setyawan


Hujan Rintik membasahi jiwa
Keringnya sukma merindukan cinta
Arahkan diri ke empat penjuru cakrawala
Tak temukan cinta yang bermakna

Saat kubersujud kutemukan DIA
Tak perlu melalang buana untuk bahagia
Cinta sejati hadir saat bersujud padaNYA
Saat ikhlas membasahi jiwa

Saat kubersujud kutemukan cinta
Tiba-tiba sukmaku penuh dengan perasaan bahagia
Cinta mengalir tak henti-hentinya menghangatkan jiwa
Air mata menetes bagai hujan yang menyejukkan dunia
Saat ku bersujud ... kutemukan Cinta yang tiada duanya.

Jumat, 16 Juli 2010

LUKISANKU

INI SEBAGIAN KARYAKU.....

lukisan ini berjudul : I Love U Full, oil painting on canvas.

Senin, 05 Juli 2010

KATA-KATA MUTIARA TENTANG KEBAHAGIAAN

 
“Anyone who says sunshine brings happiness has never danced in the rain.”
Unknown

“Happiness is a function of accepting what is.”
Werner Erhard

“Success is not the key to happiness. Happiness is the key to success. If you love what you are doing, you will be successful.”
Herman Cain

“It is not how much we have, but how much we enjoy, that makes happiness.”
Charles Haddon Spurgeon

“The best way to cheer yourself up is to try to cheer somebody else up.”
Mark Twain

“There are hundreds of languages in the world, but a smile speaks them all.”
Unknown

“A happy person is not a person in a certain set of circumstances, but rather a person with a certain set of attitudes.”
Hugh Downs

“People are just about as happy as they make up their minds to be.”
Abraham Lincoln

“The happiest of people don't necessarily have the best of everything; they just make the most of everything that comes along their way.”
Unknown

“If you're going to be able to look back on something and laugh about it, you might as well laugh about it now.”
Marie Osmond

“Remember that happiness is a way of travel, not a destination.”
Roy Goodman

“Our happiness is greatest when we contribute most to the happiness of others.”
Harriet Shepard

“Don't cry when the sun is gone, because the tears won't let you see the stars”
Violeta Parra

“To be able to find joy in another's joy, that is the secret of happiness.”
George Bernanos

“Most of the shadows of this life are caused by standing in one's own sunshine.”
Ralph Waldo Emerson

“Before you talk about what you want - Really appreciate what you have before it's gone.”
Ethan Daniel

“Dont cry because its over, smile because it happened.”
Unknown

http://renungan-harian-kita.blogspot.com/2010/06/kata-kata-mutiara-tentang-kebahagiaan.html

Sabtu, 19 Juni 2010

UNPREDICTABLE (2) : THE BEAUTY OF SOCCER

Oleh : Sony E. Setyawan

Informasi masa lalu (track record) tidak selalu dapat menjadi patokan dalam pengambilan keputusan. Lihatlah pertandingan antara Jerman dan Serbia. Dalam pertandingan sebelumnya, Jerman menggilas Australia 4-0. sedangkan Serbia kalah 1-0 dari Ghana. Para analis dan komentator memprediksikan bahwa Jerman hampir dipastikan memenangi pertandingan. Nyatanya, bola itu bundar, berputar, memantul kesana-kemari dan masuk ke gawang Jerman, membuyarkan mimpi kemenangan. Lebih naasnya bonus pinalti tidak dapat dimanfaatkan oleh Lucas Podolsky untuk menyeimbangkan kedudukan.Selama 90 menit, Jerman yang penuh bintang dan unggul di hampir semua lini tidak mampu  membobol gawang Serbia.

 Unpredictable beauty of soccer!
permainan ini bukanlah permainan otot, namun permainan otak, gabungan antara strategi, koordinasi, kekuatan mental dan daya imajinasi (kreativitas). itulah mengapa olah raga ini tidak pernah membosankan, ia selalu menyuguhkan kejutan-kejutan.

Kamis, 17 Juni 2010

UNPREDICTABLE : THE BEAUTY OF SOCCER

oleh : Sony E. Setyawan

Sungguh luar biasa!

Pertandingan antara Spanyol dan  Swiss tadi malam benar-benar diluar dugaan. Para komentator dan Penggila bola sebelumnya menjagokan Spanyol. Bahkan di bursa taruhan bola, Spanyol diunggulkan 11/2 melawan Swiss.

Selama pertandingan Spanyol menguasai bola dan mengurung Swiss. Dari sisi skill para pemain Spanyol jauh diatas pemain Swiss. Spanyol juga diberkahi dengan sederet stiker handal, gelandang yang gesit, dan defender yang tangguh. Toh dewi fortuna tidak berpihak, justru Swiss yang tidak menargetkan menang justu memetik kemenangan dari sebuah serangan balik yang cepat.

Pelajaran yang aku petik:

(1) Sebelum pertandingan tidak ku temui satupun satupun berita baik di koran maupun di media electronic yang memprediksikan Swiss menang. Bahkan banyak prediktor di koran dan media elektronik yang memprediksi bahwa Spanyol akan menang cukup mutlak. hal ini didukung dengan penyataan bahwa pelatih Spanyol tidak akan meremehkan Swiss sehingga barisan belakang Spanyolpun dipersiapkan untuk waspada.
Dengan semua informasi yang ada, kemungkinan Swiss menang sangatlah tipis. Jadi bagi pengambil keputusan menjagokan Spanyol adalah pilihan paling rasional.

(2) Selama pertandingan Spanyol sangat mendominasi.Spanyol menguasai 80% bola selama pertandingan. Namun pemain Spanyol tampak kurang kreatif membangun serangan. Mereka hanya berkutat pada operan dari kaki ke kaki di sektor tengah. Hal ini terjadi juga karena barisan belakang Swiss yang disiplin dalam mengamankan serangan-serangan Spanyol. Kebuntuan serangan Spanyol membuat pemain Spanyol frustasi dan berakibat pada lengahnya barisan pertahanan. sebuah serangan balik cepat mengubur gegap gempita bintang-bintang Spanyol.

(3) Setelah pertandingan sebarisan analisator dan komentator membuat berbagai analisa dan argumen seputar kekalahan Spanyol dan kemenangan Swiss. Tidak ada satupun yang mengakui kesalahan prediksi mereka. argumen argumen canggih mengubur kesalahan.

Bola itu bundar. apa saja bisa terjadi bahkan yang oleh rasio dianggap tidak mungkin. Dan serba-serbi dunia sepak bola serupa dengan kehidupan ini.
Pertama, kita begitu yakin mampu memprediksikan apa yang akan terjadi (masa depan). Kita kumpulkan berbagai info, kita konstruksikan teori-teori, kita ujikan dengan statistik-statistik canggih dan ruwet,kita perdebatkan dalam ruang-ruang diskusi, jurnal-jurnal ilmiah. Dan jangan salah, semua itu sangat rasional bahkan ilmiah. karena orang-orang akan membuang teori-prediksi yang tidak rasional. Pertanyaannya, apakah hidup ini linear-rasional ataukah akan selalu ada lipatan informasi yang membuat teori-prediksi rasional sekalipun bisa meleset jauh?
Kedua, setelah gagal dalam prediksi, kita mengubur kesalahan kita dengan berbagai argumen bahkan teori-teori. Dan semua itu juga dibingkai dalam pola logika yang rasional.

trimakasih sepak bola!
SALAM, ESI UMANO.

Senin, 14 Juni 2010

SEBERAPA LAMA AKAR ITU TERTANAM

 Sumber : generasi minyak anggur/lh3

Pada suatu hari seorang tua yang bijaksana berjalan melalui hutan bersama seorang muda yang terkenal tidak bertanggung jawab dan kepala batu. Orang tua itu menghentikan langkahnya, lalu menunjuk sebuah pohon yang masih kecil. "Cabutlah pohon itu," katanya. Segara pemuda itu membungkuk, dan hanya dengan dua jari saja ia dengan mudah dapat mencabut pohon itu.

Setelah berjalan lebih jauh lagi, orang tua itu berhenti di depan sebuah pohon yang agak besar. "Coba cabut pohon ini," katanya. Sekali lagi pemuda itu menuruti perimtahnya, namun kali ini dia menggunakan kedua tangannya dan dengan sekuat tenaga mencabut akar pohon itu.

Akhirnya, mereka berhenti lagi di depan sebuah pohon yang sangat besar. "Sekarang, cabutlah pohon ini!" perintahnya lagi.

"Wah, itu tidak mungkin!" protes pemuda itu.

"Aku tidak dapat mencabut pohon sebesar ini. Untuk memindahkannya diperlukan sebuah buldoser."

"Engkau benar sekali," Jawab orang tua itu.

"Kebiasaan, entah baik ataupun buruk, sama seperti pohon-pohon itu. Kebiasaan yang belum berakar dalam seperti pohon yang masih sangat kecil, dapat dicabut dengan sangat mudah. Kebiasaan yang akarnya mulai mendalam seperti pohon yang sudah agak besar; untuk mencabutnya diperlukan usaha dan tenaga yang kuat. Kebiasaan yang sudah sangat lama telah berakar sangat dalam, sehingga orang itu sendiri tidak bisa lagi mencabutnya. Jagalah dirimu agar kebiasaan yang sedang engkau tanamkan adalah kebiasaan-kebiasaan baik."

Coba ambil waktu dan selidiki hati Anda. Adakah kebiasaan buruk Anda yang masih sangat kecil tertanam di hati Anda? Adakah ‘pohon’ buruk yang sudah agak besar? Yang lebih penting, adakah ‘pohon’ besar yang sudah tertanam begitu lama? Jika ada, carilah penyelesaian masalah atas kebiasaan buruk Anda. Tanya orang lain yang menurut Anda bisa dipercaya dan mampu menyelesaikan masalah. Tidak hanya itu, berdoa kepada Tuhan merupakan obat bagi penyelesaian masalah Anda. Ubah sedikit demi sedikit perilaku yang buruk menjadi baik. Walau sesekali Anda gagal, terus ulangi. Dengan sikap ingin berubah yang total, Anda bisa membuang ‘akar’ jelek tersebut.

Senin, 26 April 2010

KATA-KATA MUTIARA TENTANG CINTA

Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan; manakala kebencian membawa kepada kemusnahan.~ Mahatma Ghandi

Tuhan memberi kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah namanya Cinta.

Ada 2 titis air mata mengalir di sebuah sungai. Satu titis air mata tu menyapa air mata yg satu lagi,” Saya air mata seorang gadis yang mencintai seorang lelaki tetapi telah kehilangannya. Siapa kamu pula?”. Jawab titis air mata kedua tu,” Saya air mata seorang lelaki yang menyesal membiarkan seorang gadis yang mencintai saya berlalu begitu sahaja.”

Cinta sejati adalah ketika dia mencintai orang lain, dan kamu masih mampu tersenyum, sambil berkata: aku turut bahagia untukmu.

Jika kita mencintai seseorang, kita akan sentiasa mendoakannya walaupun dia tidak berada disisi kita.

Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.

Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan rasa suka dimulai dari telinga. Jadi jika kamu mahu berhenti menyukai seseorang, cukup dengan menutup telinga. Tapi apabila kamu Coba menutup matamu dari orang yang kamu cintai, cinta itu berubah menjadi titisan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam jarak waktu yang cukup lama.

Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.

Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia , lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya . Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya.

Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dan bercinta dengan orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterima kasih atas kurniaan itu.

Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat -Hamka

Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat.

Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.

Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu. Hanya untuk menemukan bahawa pada akhirnya menjadi tidak bererti dan kamu harus membiarkannya pergi.

Kamu tahu bahwa kamu sangat merindukan seseorang, ketika kamu memikirkannya hatimu hancur berkeping.
Dan hanya dengan mendengar kata “Hai” darinya, dapat menyatukan kembali kepingan hati tersebut.

Tuhan ciptakan 100 bahagian kasih sayang. 99 disimpan disisinya dan hanya 1 bahagian diturunkan ke dunia. Dengan kasih sayang yang satu bahagian itulah, makhluk saling berkasih sayang sehingga kuda mengangkat kakinya kerana takut anaknya terpijak.

Kadangkala kamu tidak menghargai orang yang mencintai kamu sepenuh hati, sehinggalah kamu kehilangannya. Pada saat itu, tiada guna sesalan karena perginya tanpa berpatah lagi.

Jangan mencintai seseorang seperti bunga, kerana bunga mati kala musim berganti. Cintailah mereka seperti sungai, kerana sungai mengalir selamanya.

Cinta mampu melunakkan besi, menghancurkan batu, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dasyatnya cinta !

Permulaan cinta adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kamu temukan di dalam dirinya.

Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setitis embun yang turun dari langit,bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus,tumbuhlah oleh kerana embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur,di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji.~ Hamka

Kata-kata cinta yang lahir hanya sekadar di bibir dan bukannya di hati mampu melumatkan seluruh jiwa raga, manakala kata-kata cinta yang lahir dari hati yang ikhlas mampu untuk mengubati segala luka di hati orang yang mendengarnya.

Kamu tidak pernah tahu bila kamu akan jatuh cinta. namun apabila sampai saatnya itu, raihlah dengan kedua tanganmu,dan jangan biarkan dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya

Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut ke mulut tetapi cinta adalah anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya.

Bukan laut namanya jika airnya tidak berombak. Bukan cinta namanya jika perasaan tidak pernah terluka. Bukan kekasih namanya jika hatinya tidak pernah merindu dan cemburu.

Bercinta memang mudah. Untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh.

Satu-satunya cara agar kita memperolehi kasih sayang, ialah jangan menuntut agar kita dicintai, tetapi mulailah memberi kasih sayang kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan. (Dale Carnagie)

http://renungan-harian-kita.blogspot.com/search/label/Renungan%20tentang%20percintaan

Jumat, 23 April 2010

CITIZEN DRIVEN GOVERNMENT


Oleh : Sony E. Setyawan

Warga Negara adalah raja. Pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu negara. Sebuah cita-cita dan jiwa dari sistem pemerintahan yang demokratis. Yang begitu gencar didengungkan disaat pemilihan umum maupun pilkada. Namun hanya menjadi retorika saja, karena langsung menguap, hilang entah kemana setelah elit memegang kuasa.
Padahal, negara dan pemerintahannya tidak ada artinya tanpa warga negara. Untuk Indonesia, kurang lebih 65 % APBN didanai oleh pajak dari warga negara. Warga negaralah yang membayar gaji para birokrat, politisi yang berkuasa dan anggota dewan perwakilan. Warga negaralah yang membiayai segala fasilitas dan tunjangan yang mereka nikmati. Tapi mengapa justru warga negaralah yang harus melayani apa maunya orang-orang yang ia biayai dan hidupi ?
Melayani warga negara, bisa jadi hanya bunga-bunga pajangan saja di kantor-kantor pemerintahan. Kenyataan bahwa birokrasi kita masih sangat feodalistik, tidak dapat ditutup-tutupi. Dalam lingkaran birokrasi feodalistik, para birokrat adalah “para priyayi”, penguasa yang harus dilayani dan dipuaskan keinginannya oleh rakyat, bukan melayani rakyat.
Sayang sekali, karena kini kita hidup dalam era hiperspeed. Pergerakan barang, uang dan pengetahuan mengelilingi bumi secara intens dalam 24 jam. Kompetisi global tidak hanya antar perusahaan tetapi juga antar negara. Bagaimana mungkin kita bisa bersaing di kancah global yang hiperspeed dan sangat kompetitif bila mindset birokrasi masih feodalistik dan lamban dalam bertindak?
Sangat jelas bahwa pemerintah punya keterbatasan yang sangat banyak. Urusan dalam negeri kita saja banyak sekali yang tidak selesai. Seringkali penangannya asal jadi, asal bapak senang dan bila tidak kunjung selesai, mereka cenderung mencari kambing hitam. Dan penambahan birokrasi untuk melingkupi segala sendi kehidupan dan persoalan warga negara hanya akan memperbanyak masalah ketimbang menyelesaikan masalah. Haruskah kita begini terus hingga negeri ini bubar ?
Sudah saatnya kita menciptakan pemerintahan yang berorientasi pada warga negara (citizen driven government). Kejayaan Negara hanya bisa diperoleh bila warga negaranya makmur sejahtera. Pemerintahan yang berorientasi warga negara adalah pemerintahan yang melayani warga negaranya. Melayani dalam konteks menjadi “pelatih” yang mencurahkan segenap perhatiannya bagi warga negara. Pelatih adalah pemimpin yang selalu berusaha untuk memberdayakan, mengelola kekuatan dan potensi warga negaranya. Pemerintah sebagai organisasi yang memimpin warga negara, jangan hanya melulu mencari dan menutup kelemahan tetapi lebih penting untuk memicu keluarnya kekuatan dari segenap waga negara dan mengelolanya sebaik mungkin untuk kesejahteraan bersama.
Citizen driven government adalah pemerintahan yang menghormati harkat dan martabat warga negaranya. Dilandasi oleh kesadaran bahwa pemerintah adalah organisasi yang dibentuk oleh rakyat, dengan anggotanya berasal dari rakyat dan didaulat untuk melayani rakyat. Kejayaan Negara hanya mungkin terjadi dan langgeng dari generasi ke generasi bila pemerintahannya mampu “melatih” warga negaranya menjadi bangsa yang mandiri dan berdaya. Karena dalam kancah persaingan global, pemerintah, sebagai pelatih, tidak akan mampu berbuat banyak. Justru dinamika warga negaralah yang akan menentukan. Kejayaaan dan kemunduran suatu negara bangsa.
Pemberdayaan warga negara, sangatlah penting dalam rangka meningkatkan kepercayaan diri, mengangkat harkat dan martabat bangsa, sehingga tiap warga negara Indonesia bisa bangga menjadi orang Indonesia, bangga dilahirkan sebagai orang Indonesia. Dengan rasa bangga itulah segenap rakyat Indonesia membangun negara secara bersama-sama. Daya kreativitas warga negara yang bermartabat dan punya perasaan kebanggaan dan kebangsaan terhadap Indonesia seyogyanya  dicurahkan sepenuhnya  untuk menciptakan kesejahteraan yang berkeadilan dilandasi dengan etika, moralitas dan penuh rasa bertanggung jawab.
Kisi-kisi kepemimpinan yang memandirikan telah lama dirumuskan oleh begawan pendidikan kita yaitu Ki Hajar Dewantoro. Ajaran beliau yaitu ing ngarso sun tulodo, ing madyo mangun karso dan tutwuri handayani, bila diresapi dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab niscaya akan membentuk kemandirian bangsa.
Ajaran Ki Hajar Dewantoro ini, sudah seharusnya menjadi pedoman bagi para politisi yang berkuasa, para birokrat dan anggota dewan. Hal ini dikarenakan fakta bahwa kita bangsa Indonesia masih tergolong ke dalam masyarakat yang low trust.  Pemerintah dan pemimpin-pemimpin masyarakat masih menjadi acuan utama bagi sebagian besar warga negaranya. Sehingga segala tingkah polah pemerintah dan pemimpin masyarakat memjadi pusat perhatian dan sangat mempengaruhi  peri kehidupan masyarakat.
Memandirikan bangsa tidak bisa ditunda-tunda lagi, karena dunia tidak akan menunggu kita. Dalam dunia yang berlari seperti saat ini, perubahan terus terjadi setiap hari, 24 jam tanpa henti. Pergerakan pengetahuan, uang dan barang terus menerus mengalir dengan kecepatan yang semakin meningkat dan biaya yang semakin menurun. Tidak bisa dipungkiri, kita saat ini telah tergerus oleh laju globalisasi, dan gelombang itu terus membesar.

Oleh karenanya, kita tidak saja harus mencetak “orang-orang pintar”, tetapi juga para pemimpin yang berkepribadian. Membangun manusia Indonesia yang berkarakter, sehingga kita bangsa Indonesia tidak hanya memunculkan satu-dua pemimpin besar tetapi jutaan pemimpin, yang mampu mengorganisasikan dirinya dan lingkungannya dengan penuh tanggung jawab. Menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang telah menemukan jati dirinya. Yang telah berdamai dengan masa lalu dan berkarya dengan produktif, kreatif dan bertanggung jawab disaat ini untuk menciptakan masa depan yang lebih baik

Kamis, 22 April 2010

KOMUNITAS DAN KOPERASI


Oleh : Sony E. Setyawan

Berkomunitas tidaklah hanya sebagai trend, namun telah menjadi sebuah ‘social needs’ di saat ini. Apalagi ditunjang oleh teknologi jejaring sosial yang membuat interaksi semakin kuat dan intens. Tidak mengherankan bila komunitas-komunitas tumbuh bak cendawan.
Komunitas-komunitas bisa muncul dari berbagai latar, kesamaan hobi, pekerjaan, idealisme, kecintaan terhadap produk, dll. Yang sama dari semua komunitas tersebut adalah spiritnya. Komunitas adalah kumpulan orang-orang, bukan kumpulan uang. Dan komunitas yang langgeng adalah komunitas yang punya soul, jadi bukan sekedar kumpul-kumpul. Tiap anggotanya punya rasa bangga dan mengidentifikasikan diri dalam komunitas, sehingga terbentuk belonging yang kuat, dimana antar anggota saling peduli (care) seperti sebuah keluarga.
Spirit (soul) dari komunitas itulah yang acapkali hilang dari koperasi-koperasi kita. Koperasi kita seringkali terlalu economic oriented. Terlalu mengedepankan iuran dan uangnya, namun kering dalam bounding interaksi sosial sehingga koperasi-koperasi berdiri atas landasan ekonomi semata. Hasilnya bisa kita lihat, koperasi kita tidak banyak berkembang dan kalah jauh dari organisasi ekonomi (swasta) non koperasi. Sedangkan koperasi-koperasi yang terlihat sukses, kadangkala adalah koperasi yang berdiri atas inisiatif pemerintah dan acapkali koperasi tersebut mendapat bantuan kontinyu dari pemerintah.
Sejatinya koperasi dan komunitas memiliki beberapa persamaan, yaitu asosiasi orang-orang yang bergabung dan melakukan kegiatan (usaha) bersama. Keduanya sama-sama mengedepankan humanity ketimbang akumulasi uang. “Money can’t buy my love”, begitu kira-kira spiritnya. Itulah sebabnya saya merasa koperasi dan komunitas bisa saling berkolaborasi dalam mewujudkan ekonomi kerakyatan versi 2.0.
Ekonomi kerakyatan versi 2.0 adalah ekonomi koperasi berbasis komunitas. Yang menjadi landasan utama dalam ekonomi koperasi berbasis komunitas adalah identitas (karakter) komunitas, kreativitas anggota komunitas dan dinamika anggota dalam berkoperasi-komunitas.
Salah satu hal terpenting dari komunitas adalah pembentukannya terjadi bukan atas inisiatif pemerintah dan hidup bukan dari bantuan pemerintah. Komunitas berdiri murni inisiatif anggotanya, dan inilah yang sebetulnya di cita-citakan oleh Bung Hatta dengan koperasinya. Koperasi yang mandiri dan independent, dari anggota oleh anggota dan untuk anggota.
Sistem koperasi bisa masuk ke dalam komunitas dalam berbagai wujud. Dari mulai arisan dan simpan-pinjam koperasi, membuka toko hobi, sampai perusahaan bersistem koperasi. Masuknya sistem koperasi dalam komunitas memiliki banyak manfaat bagi anggota komunitas, terutama mengaktifkan pemerataan kesejahteraan dan meningkatkan semangat togetherness diantara anggota komunitas. Karena sistem koperasi yang selaras dengan spirit komunitas yaitu dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota.
Aktivitas koperasi tidak terbatas antar anggota tetapi juga keluar komunitas. Hal ini bisa digunakan sebagai pemacu kreativitas anggota dalam berkreasi dan menggiatkan kegiatan perdagangan-ekonomi koperasi komunitas. Efeknya cukup jelas bagi kesejahteraan semua anggota komunitas. Karena bertujuan memeratakan kesejahteraan anggota komunitas, maka bounding antar anggota dalam memajukan koperasi-komunitas menjadi teramat penting.
Dalam komunitas yang berkoperasi, pasang-surut aktivitas koperasi ditentukan oleh pasang surut dinamika komunitas. Itulah sebabnya semakin kuat identitas komunitas, maka semakin kuat pula daya jual produk-produk koperasi komunitas. Agar identitas komunitas kuat, maka tiap anggota komunitas harus mencintai dan bangga dengan komunitasnya dan mengidentifikasikan diri pada komunitasnya. Selain itu anggota komunitas juga harus menumpahkan kreativitasnya dalam komunitas, sehingga selalu ada yang baru, fresh dan menggugah ketika berkomunitas.
Ekonomi koperasi berbasis komunitas selain dapat menjadi ajang mengali dan mengasah entrepreneurship, sekaligus dapat memperkuat social capital bangsa Indonesia yang semakin lama semakin terkikis akibat deru laju kapitalisme global. Mari kita kembali ke jati diri bangsa Indonesia, bangga menjadi Indonesia, menumpahkan kreativitas kita untuk Indonesia dan menghidupakan kembali sistem ekonomi yang humanis, ekonomi koperasi berbasis komunitas.

Selasa, 06 April 2010

CATATAN ARTIKEL : (Unstructured)



RAKYAT DALAM PUSARAN GLOBALISASI
DR. B. Herry-Priyono

(Kompas, Jumat 9 Aug 2002)

Ekonomi kerakyatan : akumulasi modal ada untuk rakyat, bukan rakyat untuk akumulasi modal.

Dengan mudahnya kita kenali, gegap gempita globalisasi dan daya jelajah modal mengandaikan gejala “pencabutan” dan sekaligus “pemadatan” waktu dan ruang.
Pada dataran empiric, globalisasi berisi proses kaitan yang semakin erat dari hampir semua aspek kehidupan, suatu gejala yang muncul dari interaksi yang semakin intensif dalam pandangan transaksi financial, media dan teknologi.

Pergeseran arti ‘masyarakat’ (society), masyarakat bukan lagi sebatas Negara bangsa (nation-state), tapi juga seluruh dunia (the globe).
Pergeseran ini tidak hanya menyangkut tatanan ontologism (sosio-faktual) melainkan juga tata epistemologis (cara pandang). Artinya, globalisasi bukan hanya kaitan integrasi antara berbagai tindakan kita ( contoh : transaksi financial), tetapi juga cara baru memandang perusahaan. Ringkasnya, seluruh dunia merupakan unit tindakan dan pemikiran.

Terdapat tiga aspek mengenai soal apa dan siapa
  1. Di jantung globalisasi yang berlangsung dewasa ini adalah berbagai praktik bisnis transnasional (perdagangan, keuangan, media, perbankan, transportasi, jasa, dsb).
  2. Aktor utama ialah para pelaku bisnis yang terutama terkonsentrasi di berbagai perusahaan transnasional.
  3. Corak globalisasi yang berlangsung dewasa ini hanya bisa berlanjut dengan perluasan kultur-ideologu konsumerisme.

INVISIBLE FUND
Apa yang jarang disebut ialah tata financial siluman yang muncul di awal dasawarsa 1950an dan yang memungkinkan terjadinya proses globalisasi selama 25 tahun terakhir.
Eurodollar-eurobank. Cirri siluman dari Eurodollar adalah karena  ia tidak memerlukan cadangan devisa (reserve) dan tidak kena regulasi.

Pokok dari semuanya berpangkal pada kekuasaan. Proyek deregulasi kaum neoloberal sesungguhnya berisi deregulasi atas daya-jangkau kekuasaan pemilik modal dan asset financial.

Sebagaimana kebanyakan kisah kekuasaan dalam sejarah, para penguasa menggengam kekuasaan bukan karena kita membutuhkanya, tetapi karena mereka mempergunakan kita bagi keuntungan mereka.

Business week menggambarkan Eurodollar sebagai uang global yang menumpuk, yang berputar ke seluruh dunia tanpa batasan dan dengan operasi 24 jam sehari.

“Yang saat ini terjadi, kapasitas yang semakin besar untuk memindahkan hasil produksi yang diciptakan melalui keringat banyak orang ke tangan sedikit orang. Deregulasi yang serampangan (de facto) merupakan resep hal diatas yang menyebabkan kesenjangan income.

Mazhab Freiburg
Inti teori : Ekonomi pasar social (Soziale Marktwirts-schaft)adalah suatu system ekonomi bebas (dalam perbedaan dengan ekonomi komando), namun dikawal dengan berbagai regulasi yang diciptakan untuk mencegah konsentrasi kekuasaan ekonomi yang biasanya terjadi dalam bentuk kartel, trust dan perusahaan-perusahaan raksasa (monopoli).

Dalam rumusan Franz Buhm, gagasan ekonomi social, disatu pihak ‘memenangi’ baik pasar bebas tanpa regulasi maupun tendensi etatisme ekonomi.

Ada 2 ciri utama gagasan ekonomi pasar social.
  1. Pasar dan transaksi ekonomi hanya salah satu dari berbagai bentuk hubungan social manusia. Pasar bukan dewi keadilan, karena tidak ada pasar (apalagi financial) yang bekerja menurut dalil ekuilibrium; karenanya butuh tangan yang kelihatan untuk menatanya.
  2. Karena transaksi ekonomi hanya salah satu bentuk dari relasi social, maka kinerja ekonomi tidak seharusnya diasalkan padalogika ekonomi modal. Hubungan-hubungan social manusia ada bukan untuk mengabdi kapitalisme, melainkan ada untuk membantu berlangsungya relasi social manusia.

Maka perdebatannya bergeser ke soal berikut :
Jika kapitalisme merupakan system ciptaan manusia, pastilah kita dapat mengubahnya.

Pada jantung globalisasi bersarang urusan kekuasaan.

Persoalannya bukan soal ‘menerima’ atau’menolak’ globalisasi, melainkan bagaimana membuat sosok-sosok kekuasaan yang terlibat dalam globalisasi menjadi akuntable.

Andaikata saja kreativitas kita berhasil menciptakan mekanisme akuntabilitas kekuasaan bisnis bagi kesejahteraan mayoritas rakyat, tentulah sebuah terobosan kecil telah tercipta.

Senin, 05 April 2010

BUNDA THERESA BERKATA


BIARKAN TUHAN MENILAIMU


Apabila engkau berbuat baik, orang lain mungkin akan berprasangka bahwa ada maksud-maksud buruk di balik perbuatan baik yang kau lakukan.
Tetapi, tetaplah berbuat baik.

Terkadang orang berpikir secara tidak masuk akal dan bersikap egois.
Tetapi, bagaimanapun juga, terimalah mereka apa adanya.

Apabila engkau sukses, engkau mungkin akan mempunyai musuh dan juga teman yang iri hati atau cemburu. Tetapi teruskanlah kesuksesanmu itu.

Apabila engkau jujur dan terbuka, orang lain mungkin akan menipumu.
Tetapi, tetaplah bersikap jujur dan terbuka.

Apa yang telah engkau bangun bertahun-tahun lamanya, dapat dihancurkan orang dalam satu malam saja.
Tetapi, janganlah berhenti dan tetaplah membangun.

Apabila engkau menemukan kedamaian dan kebahagiaan di dalam hati, orang lain mungkin akan iri hati kepadamu. Tetapi, tetaplah berbahagia.

Kebaikan yang kau lakukan hari ini, mungkin besok dilupakan orang.
Tetapi, teruslah berbuat baik.

Berikan yang terbaik dari apa yang kau miliki, dan itu mungkin tidak akan pernah cukup.
Tetapi, tetap berikanlah yang terbaik.

Sadarilah bahwa semuanya itu ada di antara engkau dan Tuhan. Tidak akan pernah ada antara engkau dan orang lain. Jangan pedulikan apa yang orang lain pikir atas perbuatan baik yang kau lakukan.
Tetapi percayalah bahwa mata Tuhan tertuju pada orang-orang jujur dan Dia sanggup melihat ketulusan hatimu.

Bunda Theresa.

KATA-KATA


“Hanya satu negeri yang menjadi negeriku
Ia tumbuh dari perbuatan, dan perbuatan itu adalah usahaku”
Rene De Clerq
(kata ini dikutip Hatta dalam pidato pembelaannya)

“TUHAN tetap TUHAN meskipun semua negeri dihancurkan,
TUHAN tetap TUHAN meskipun setiap manusia telah mati”
Petter Dass 1647-1707 (Norwegia)

“Pencerahan sejati bagi manusia adalah seperti matahari menyinari bumi”
N.F.S. Grundtvig

“Hanya yang masuk akallah yang akan  berumur panjang”
Georg Wilhelm Friedrich  Hegel

“Dunia ini panggung sandiwara,
Dan semua pria dan wanita hanyalah para pemainnya.
Bagi mereka telah ditentukan jalan keluar dan jalan masuknya.
Dan seorang manusia bisa saja memainkan banyak peranan.
William Shakespeare, As you like it, 1600 (Reinaisance)

“Knowing is not enough, we must apply.
Willing is not enough, we must do”.
Goethe


“Imagination is everything. It is the preview of life’s coming attractions.
Imagination is more important than knowledge.”
Albert Einstein

CATATAN BUKU : ANTONIO GRAMSCI


GAGASAN-GAGASAN POLITIK ANTONIO GRAMSCI


Hegemoni menurut Gramsci bukanlah hubungan dominasi dengan menggunakan kekuasaan, melainkan hubungan persetujuan dengan menggunakan kepemimpinan politik dan ideologis. Hegemoni adalah organisasi konsensus.

Hegemoni sebagai sebuah istilah digunakan pertama kali oleh Plekhanov dan pengikut Marxis Rusia tahun 1880an, untuk menunjukkan perlunya kelas pekerja uantuk membangun aliansi dengan tujuan meruntuhkan gerakan tsarisme.
Dasar-dasar konsep hegemoni (Hegemonik = kekuatan utama) diletakkan oleh Lenin.
Sedangkan konsep hegemoni Gramsci berbeda dari hegemoni menurut bahasa Yunani yang berarti penguasaan suatu bangsa terhadap bangsa lain.

“Suatu kelompok social biasa, bahkan harus, menjalankan kepemimpinan sebelum merebut kekuasaan pemerintahan (hal ini jelas merupakan salah satu syarat utama untuk memperoleh kekuasaan tersebut); kesiapan itu pada gilirannya menjadi sangat penting ketika kelompok itu menjalankan kekuasaan bahkan seandainya kekuasaan tetap berada di tangan kelompok, maka mereka harus tetap ‘memimpin’.”
(Prison notebook, Bab 29-Kepemimpinan politik kelas sebelum dan sesudah meraih kekuasaan).

Suatu kelas tidak bisa meraih kepemimpinan nsional dan menjadi hegemoni, jika kelas itu hanya membatasi pada kepentingan mereka sendiri; mereka harus memperhatikan tuntutan dan perjuangan rakyat yang tidak mempunyai karakter kelas yang bersifat murni, yakni yang tidak muncul secara langsung dari hubungan-hubungan produksi.

Jadi, menurut Gramsci, hegemoni mempunyai dimensi nasional-kerakyatan disamping dimensi kelas.

Hegemoni memerlukan penyatuan berbagai kekuatan social yang berbeda ke dalam sebuah aliansi yang luas yang mengungkapkan kehendak kolektif semua rakyat, sehingga masing-masing kekuatan ini bisa mempertahankan otonominya sendiri dan memberikan sumbangan dalam gerak maju menuju sosialisme.

Menurut Gramsci terdapat tiga fase munculnya hegemoni. Fase pertama, fase kesadaran individu untuk sejajar dan bersatu. Fase kedua, muncul untuk bersatu dan diakui (sebatas kelompok). Fase ketiga, ideologi-ideologi yang terpecah bersatu, dalam dataran universal untuk mencapai hegemoni.

“Kadang-kadang krisis terjadi selama beberapa puluh tahun, jangka waktu yang sangat panjang ini menunjukkan bahwa kontradiksi struktural yang tidak bisa didamaikan telah menunjukkan mereka (mencapai kematangan) dan bahwa, terlepas dari itu, kekuatan politik yang sedang berjuang untuk melestarikan dan melindungi struktur yang ada berusaha sekuat tenaga untuk menyembuhkannya dan dalam batas tertentu, menyelesaikan kontradiksi-kontradiksi itu. Berbagai usaha yang gigih dan tak mengenal lelah ini……membentuk jalur ‘penghubung’ diatas jalur inilah kekuatan-kekuatan oposisi diorganisir.
Prison notebook, hal 178.

Gerakan-gerakan sosial tidak selamanya harus memiliki karakter kelas- tuntutan perempuan (gender), minoritas etnis, anti-nuclear. Kedudukan gerakan itu digambarkan dengan jelas oleh Laclau & Mouffle.

“Musuh mereka bukan lantaran musuh menjalankan tindakan kekerasan, tetapi karena musuh mempunyai kekuasaan tertentu. Dan kekuasaan ini juaga tidak berasal dari tempat berlangsungnya hubungan produksi, tetapi kekuasaan itu merupakan buah dari bentuk organisasi yang khas pada masyarakat masa sekarang. Jelas masyarakat ini bersifat kapitalis, namun ini bukan satu-satunya karakter masyarakat itu, masyarakat itu juga bersifat seksis dan patriakis, untuk tidak menyebut rasial.

2 aspek pokok proses melampaui fase korporasi dan melangkah maju menuju hegemoni.
  1. Kelas pekerja hanya bisa menjadi kelas hegemoni jika mereka memegang kepemimpinan aliansi dari kelas dan strata lain.
  2. mereka harus menyatukan perjuangan demokrasi kerakyatan dengan perjuangan mereka sendiri untuk menentang kelas kapitalis dengan tujuan membangun kehendak kolektif nasional-kerakyatan.


Revolusi pasif- revolusi yang berasal dari atas ke bawah
“ Terdapat revolusi pasif yang terlibat dalam kenyataan bahwa -melalui intervensi legeslatif Negara dan organisasi korporasi- perubahan-perubahan yang berskala luas sedang diintodusir ke dalam struktur ekonomi Negara (di Italia) hal ini boleh jadi menjadi satu-satunya solusi untuk mengembangkan kekuatan-kekuatan produktif dibawah kendali kelas tradisional yang berkuasa dan bersaing dengan barisan Negara industri yang lebih maju yang melakukan monopoli bahan mentah dan mempunyai modal besar. Jadi, hal itulah yang memperkuat kembali system hegemoni dan kekuatan-kekuatan militer serta kekuatan penindasan sipil yang berada di tangan kelas tradisional yang berkuasa.”
(SPN : 119-120)

IDEOLOGI
Bagi Gramsci, ideology lebih dari sekedar system ide. Gramsci membedakan antara system yang berubah-ubah (arbitrary system) yang dikemukakan oleh intelektual dan filosof tertentu dan ideology organic yang bersifat historis (historically organic ideologies) yaitu ideology yang diperlukan dalam kondisi sosial tertentu.
“Sejauh ideology itu secara historis diperlukan, ia mempunyai keabsahan yang bersifat psikologis. Ideologi ‘mengatur’ manusia dan memberikan tempat bagi manusia untuk bergerak dan mendapatkan kesadaran akan posisi mereka, perjuangan mereka.
(SPN, 367)

Ideology bukanlah fantasi seseorang, namun terjelma dalam cara hidup kolektif masyarakat.

Transformasi kesadaran politik sebagai prasyarat perbaikan menuju sosialisme haruslah bersifat moral dan intelektual, dan itulah sebabnya (menurut Gramsci) reformasi ‘moral dan intelektual’ haruslah menjadi elemen pokok dari hegemoni kelas pekerja.

Menurut Gramsci, ideologi tidak bisa dinilai dari kebenaran atau kesalahannya tetapi harus dinilai dari ‘kemanjurannya’ dalam mengikat berbagai kelompok social yang berbeda-beda ke dalam satu wadah dan dalam peranannya sebagai pondasi atau agen proses penyatuan sosial.

“Dalam merumuskan persoalan-persoalan kritis sejarah, adalah salah jika kita memahami diskusi ilmiah sebagai suatu proses peradilan dimana terdapat terdakwa dan penuntut umum yang tugasnya adalah membuktikan bahwa terdakwa tersebut bersalah dan harus dihukum. Dalam diskusi ilmiah orang yang paling ‘istimewa’ adalah orang yang menerima sudut pandang lawannya dan memasukkannya ke dalam bangunan pemikirannya. Memahami dan menilai pendapat dan argumentasi lawan secara realistis…. Berarti menerima sudut pandang ‘kritis’ yang untuk tujuan penelitian ilmiah merupakan satu-satunya bahan penting.
(SPN, 343-344)

INTELEKTUAL
Menurut Gramsci, intelektual bukan dicirikan oleh aktivitas berfikir intrinsik yang dimiliki oleh semua orang. Namun oleh fungsi yang mereka jalankan. “Oleh karena itu, kita bisa mengatakan bahwa semua orang adalah intelektual, namun tidak semua orang mempunyai fungsi intelektual”.
(SPN, Bab 9)

Kesadaran diri yang kritis berarti, secara histories dan politik, penciptaan elit intelektual. Masyarakat tidak ‘membedakan’ diri mereka, tidak pula menjadi independen dalam hak-haknya sendiri tanpa-dalam pengertian yang paling umum mengorganisir diri sendiri; dan tidak terdapat organisasi tanpa intelektual; yaitu tanpa organisator dan pemimpin. Namun proses penciptaan intelektual ini berlangsung lama, sulit dan penuh dengan pertentangan, melalui proses maju dan mundur, bubar dan membentuk kembali, dimana keseiaan masyarakat benar-benar diuji.
(SPN, 334)  

Kesalahan-kesalahan intelektual terdapat dalam keyakinan bahwa adalah mungkin untuk mengetaui tanpa pemahaman dan khususnya tanpa perasaan dan keinginan (passion) …. Bahwa intelektual dapat menjadi intelektual jika ia berbeda dan melepaskan diri dari masyarakat-bangsa tanpa perlu merasakan keinginan dasariah rakyat, memahami keinginan itu sehingga ia bisa menjelaskan dan menempatkannya dalam situasi historis tertentu, menghubunkannya secara dialektis dengan hokum-hukum sejarah, dengan konsep besar dunia…. Sejarah dan politik tidak bisa diciptakan tanpa keinginan, tanpa keterikatan emosional antara intelektual dan masyarakat-bangsa. Dengan tidak adanya keterikatan semacam ini, maka hubungan antara kaum intelektual dan masyarakat-bangsa hanya akan menjadi sebuah kasta atau kependetaan.
Jika hubungan kaum intelektual dan masyarakat-bangsa, antara pemimpin dan masyarakat, merupakan hasil dari partisipasi organic dimana perasaan dan keinginan menjadi pemahaman dan pengetahuan … maka hanya pada saat seperti itulah berlangsung suatu hubungan yang bersifat mewakili. Hanya pada saat itulah pertukaran masyarakat, yaitu pengejawantahan dari kehidupan bersama yang bisa menjadi kekuatan social hanya terjadi manakala ‘blok histories’ diciptakan.

Kamis, 01 April 2010

APA YANG MENYATUKAN KITA


Oleh : Sony Eko Setyawan
 
Republik ini telah 64 tahun merdeka, tapi beberapa tahun belakangan ini, ia tidak pergi kemana-mana. Hanya berjalan di tempat, berlayar berputar-putar tanpa arah. Timbul tenggelam dalam lautan permasalahan. Sudah untung kapal kita masih mengapung ditengah pusaran gelombang persoalan hidup yang datang silih berganti. Kita berada dalam satu kapal namun masing-masing dari kita asik sendiri dengan urusan kita masing-masing. Kita semakin teratomisasi dan terkotak-kotak. Tidak heran walaupun kita masing-masing telah merasa bekerja keras demi bangsa dan Negara, namun hasilnya seringkali mengecewakan. Dan hasil buruk itu merebakkan siklus saling menyalahkan. Gossip dan fitnah bermekaran, saling jegal dan sikut menjadi norma untuk bertahan hidup di negeri yang ‘terendam lumpur’ ini. Haruskah kita terus begini?
            Kemajuan yang paling efektif selalu dilakukan bukan oleh individu yang bekerja sendiri untuk mengharumkan nama mereka sendiri, tetapi berkat persatuan. Persatuan yang menyatukan berbagai pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, lalu melipatgandakan upaya dan pencapaian bersama melalui proses.
            Semangat persatuan itu (per se) tidak menjamin apa-apa bagi kita. Namun tanpa persatuan kita tidak akan berhasil. Persatuan yang mewujud dalam kerja tim adalah satu-satunya cara untuk mencapai momen yang menentukan, untuk mengisi kehidupan kita dengan suatu hal yang penting, yang mendasar bagi kehidupan.
            Hidup adalah tentang mengatasi masalah dan tantangan-tantangan. Setiap zaman menyuguhkan tantangannya sendiri yang mengharuskan kita untuk memberi tanggapan yang sesuai.
Dalam nyala terang kesadaran, para pemuda dari berbagai jong di seluruh Indonesia bersatu. Mereka mampu mengambil pelajaran dari sejarah para pahlawan. Hasanudin, Diponegoro, Patimura, Cik Ditiro, Cut Nyak Dien, Imam Bonjol, adalah pemimpin-pemimpin yang hebat, namun mereka gagal dalam mengusir penjajah. Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Para pemuda bersatu dalam perbedaannya dan berikrar bertumpah darah satu, tumpah darah Indonesia; berbangsa satu, bangsa Indonesia; dan berbahasa satu, bahasa Indonesia.
Bila para pemuda di tahun 1928 mampu berkesadaran untuk bersatu, dengan pikiran dan hati yang terbuka mampu mengatasi segala perbedaannya, mengapa kita tidak?
Perbedaan itu tidak hanya terbatas suku, bahasa, ras, agama tetapi juga ideologi, sistem/ cara kerja dan kepentingan-kepentingan (individu, golongan, partai institusi). Perbedaan-perbedaan itu bukan untuk dibuang, mereka menjaga kesatuan sambil menonjolkan perbedaan dan keunikan para individu maupun kelompok dan golongan. Hanya saja setiap insan harus mau terbuka pikiran dan hatinya dan menanggalkan egoismenya. Bila kita mau dan mampu terus bersatu padu, kepentingan dan cita-cita pribadi akan terlampaui bersamaan dengan saat cita-cita bersama tercapai. Dalam kesatupaduan itulah kita mencapai kemerdekaan kita.
Apa yang menyatukan kita setelah proklamasi kemerdekaan?
Dimasa pemerintahan Sukarno, rakyat bersatu di bawah naungan karisma beliau. Kita tampil secara high profile, dengan kebanggaan dan independensi. Go hell with your aid! Diserukan Sukarno kepada AS dan negara-negara barat yang dulunya para kolonialis. Sukarno juga mampu menyatukan rakyat untuk merebut Irian Barat dan menyatukan Indonesia seutuhnya. Sayangnya, karisma Bung Karno tidak cukup untuk menyatukan elit politik yang sibuk sendiri berebut kekuasaan. Parlemen selalu ribut dan tidak mampu merumuskan undang-undang, kabinet pemerintahan silih berganti di jatuhkan parlemen. Sedangkan ekonomi morat-marit dan rakyat jelata menjadi korban hyper inflasi.
Kekuatan militer dan pertahanan rakyat semesta menjadi kekuatan pemersatu dibawah pemerintahan Suharto. Dengan gaya pemerintahan yang militeristik, sentralis dan cenderung otoritarian, Suharto berhasil membungkam gejolak-gejolak dalam masyarakat. Dimasa itu demokrasi hanyalah hiasan. Namun disisi lain, prestasi dalam bidang ekonomi dan pembangunan infrastruktur tidak dapat dipungkiri.
Di setiap revolusi dan transisi, dari mulai masa pembentukan bangsa, perjuangan kemerdekaan, masa transisi orde lama, hingga transisi orde baru, pemuda dan mahasiswa selalu memainkan peranannya. Mereka yang dekat dengan rakyat dan menangkap keluh kesah juga penderitaan rakyat. Seringkali merekalah yang menginspirasikan kita untuk bersatu dan berjuang bersama mengatasi perbedaan-perbedaan, perselisihan dan pertentangan yang ada.
Apa yang menyatukan kita saat ini?
Jawabanya hanya bisa kita temukan jika kita bersedia untuk bersatu dengan penuh komitmen mengatasi perbedaan-perbedaan dan kepentingan-kepentingan. Membuka hati dan pikiran kita untuk saling berbagi gagasan dan cita-cita, berbagi tugas dan tanggung jawab, berbagi semangat dan dorongan untuk menghadapi tantangan abad 21.
Indonesia akan jadi apa dan pergi kea rah mana kitalah yang menentukan. Setiap insan warga Negara Repubik Indonesia memiliki hak dan tanggung jawab untuk mendengar dan didengar aspirasi, gagasan dan karya nyatanya.
Bangsa pemenang adalah bangsa yang mampu menyatu padukan diri setiap insannya. Bersatu dan berjuang bersama menghadapi tantangan untuk mencapai kemenangan yang dicita-citakannya

Rabu, 31 Maret 2010

CATATAN BUKU : HAKIKAT DAN LOGIKA KAPITALISME



Robert L. Heilbroner
HAKIKAT DAN LOGIKA KAPITALISME
LP3ES, Oktober 1991, terjemahan (Wartono Hadikusumo)


“Hakikat” formasi sosial  susunan unsur-unsur yang mempengaruhi perilaku para anggotanya terutama jenis-jenis perilaku yang mendorong sistem sepanjang suatu jalur historis tertentu.

Kapitalisme… pemakaian kekayaan dalam berbagai bentuk konkret, bukan sebagai tujuan itu sendiri, tetapi sebagai sarana guna mengakumulasikan lebih banyak kekayaan (hal 20)

Dalam kapitalisme pemanfaatan surplus digunakan untuk menunjang kekuasaan suatu kelas dominan.

Dalam formasi sosial masyarakat sebelumnya hal tersebut digunakan untuk ekspansi militer, relijius dan dinastik.
Dalam peradaban-peradaban kuno, kekayaan itu sendiri terutama mengambil bentuk yang itu saja sudah merupakan alasan yang memadai bagi keberadaannya merupakan tujuan akhirnya. (hal 20)
Dalam kapitalisme kekayaan ada dalam benda-benda material hanya untuk sementera waktu.

Kapital itu adalah salah satu dari hal-hal itu kalau ia dipakai untuk menggerakkan suatu proses transformasi berlanjut atas kapital sebagai uang menjadi kapital - sebagai komoditi, diikuti oleh suatu retransformasi dari kapital – sebagai komoditi menjadi kapital sebagai uang yang bertambah. Inilah rumusan M-CM yang terkenal itu yang merupakan penskemaan Marx atas metamorfosis yang berulang dan meluas yang dijalani oleh “kapital” itu. (hal 21)

Setelah proses M-CM, ia tidak berhenti tetap terus dikelola dalam suatu lingkaran yang tidak berakhir. Karena uang yang diolah jadi komoditi dan dapat uang lagi tidak diperlakukan sebagai produk akhir pencarian kekayaan tetap diakumulasikan untuk memasuki tahap MCM lagi.

Karena itu kapital bukanlah suatu benda material melainkan suatu proses yang memakai benda-benda material sebagai tahap-tahap dalam eksistensi dinamika yang berkelanjutan. (hal 21)

Kapital adalah suatu proses sosial bukanlah proses fisik (hal 22).
Kapital bisa bahkan harus mengambil bentuk fisik tetap maknanya hanya bisa difahami jika kita memandang bahwa benda-benda material ini mewujudkan dan menyimbolkan suatu totalias yang meluas.
Tahap tujuan pengorganisasian yang meluas, kapital lebur menjadi batu-batu bangunan material yang memang diperlukan tetap belum bisa mendefinisikan tujuan hidupnya (hal 22).
Uang dan Kapital
Uang adalah cara bagaimana kita biasanya mengukur besarnya kekayaan, namun orang itu sendiri bukanlah kapital uang yang dipakai itulah yang merupakan kapital (hal 22).

Saudagar-saudagar (masyarakat-masyarakat kuno) tidak disebut sebagai kapitalis karena fungsi produksi/fungsi pembimbing niaga dari inti-inti kapital ini adalah terlalu kecil dibanding dengan tradisi atau pemerintah, yaitu kekuatan pembaru dan pengarah utama di dalam sistem-sistem ini. Proses kapitalis dalam masyarakat ini diserahkan kepada pinggiran kegiatan sosial (the periphery of social activity), sering mengarahkan kegiatan-kegiatan berorientasi kemewahan tatapi bukan kegiaan yang sentral/penting.
Aspek kritis dari uang/barang kapital sebagai milik pribadi tidak terletak dalam hak para pemiliknya untuk memakainya sekehendak mereka, karena hak sosial yang berbahaya itu tidak pernah ada, tetapi untuk tidak memakainya jika memang dikehendaki oleh pemiliknya. Hak inilah yang memungkinkan kapitalis untuk mendominasi lingkungan niaga dan produksi, yang berada dalam wewenangnya, sebagaimana juga hak-hak legal lainnya yang memungkinkan perwira-perwira militer/pendeta/tokoh-tokoh politik mendominasi lingkungan yang berada dalam wewenang mereka. (hal 23)

Dominasi
Gagasan kapital sebagai suatu hubungan sosial membawa kita langsung ke inti dari hubungan itu dominasi.

Dominasi oleh tentara, gereja (negara) memperoleh kekuasaan-kekuasaan pembentuk perilaku langsung dari pemakaian, atau ancaman akan memakai, penghukuman fisik atau spiritual. Yaitu, memang merupakan kompetensi legal dari para pejabat ini untuk menerapkan penderitaan pada mereka yang gagal mematuhi perintah-perintah mereka.
Proses sosilisasi mungkin menyebabkan cukup hanya diperlukan memamerkan simbol kekuasaan, bukan menerapkan kekerasan, tetapi kapasitas untuk memaksakan atau menerapkan penderitaan tetap merupakan esensi dari kapasitas dominasi.

Pemilik kapital tidak berhak memakai kekuatan-kekuatan langsung terhadap mereka yang menolak untuk memasuki hubungannya dengannya sebagai pembeli atau penjual.
Kekuatan pemaksa dimiliki oleh negara, bukan kapitalis dan bila kapitalis menggunakan taktik-taktik tangan besi maka itu berarti tindakannya melanggar hukum, bukan pemakaian kekuasaan secara selayaknya.

Kapital bisa menerapkan pengaruh pengatur dan pendisiplinannya hanya bila kondisi-kondisi sosial menjadikan tindakan menahan kapital itu menjadi tindakan yang memiliki konsekuensi sosial kritis.
Syarat :
1. munculnya suatu kelas yang berorientasi kapital.
2. Munculnya kelas pekerja yang tergantung kebutuhan hidupnya pada akses peralaan produksi kapitalis (24 – 25)

Hanya dengan memahami bahwa keutuhan yang nampaknya konkret dari kapital itu nyatanya merupakan gambaran dan hubungan-hubungan ketergantungan antara 2 kategori eksistensi sosial yang berbeda ini maka dapatlah dipahami keberartian kapital itu, dan dengan itu difahami pula pengaruh perilakuan (behavioral) yang diterapkannya sebagai suatu unsur pembentuk sentral dalam hakikat dari sistem yang didirikan atas namanya (hal 25)

Hubungan dominasi punya 2 kutub (kapitalis)
1. Ketergantungan pekerja kepentingan kapital (produksi) sebagai gantungan hidup.
2. Dorongan tanpa henti dan tanpa puas untuk mengakumulasi kapital.

“Besarnya kekuasaan uang ialah besarnya kekuasaan saya. Sifat-sifat uang adalah sifat-sifat dan kekuatan-kekuatan esensial saya – sifat-sifat dan kekuatan-kekuatan pemiliknya” Marx (hal 27)

“Karena itu kekayaan adalah suatu kategori sosial yang tidak terpisahkan dari kekuasaan.” (hal 28)

Kekayaan tidak bisa eksis kecuali juga ada suatu kondisi kelangkaan – bukan kelangkaan sumber daya-sumberdaya itu sendiri, tetapi kelangkaan sarana-sarana akses kepada sumberdaya-sumberdaya itu.

Adam Smith – “Bilamana terdapat harta dalam jumlah besar, terdapat pula sejumlah ketidakmerataan. Untuk tiap satu orang yang sangat kaya, paling tidak akan ada 500 orang yang miskin dan dari kemewahan yang kaya bisa dibayangkan kemeralatan dari yang banyak itu.” (28)

Kekuasaan kapital, …, memiliki atribut yang menarik yang tidak memiliki hak-hak penghukuman langsung, yang tampaknya hampir-hampir merupakan suatu kontradiksi dari maka kekuasaan itu sendiri-sendiri; tetapi tidak seorangpun akan mengingkari bahwa kapital memiliki kekuasaan untuk memerintah dan meminta kepatuhan dalam skala yang sangat besar.

Dominasi dalam masyarakat manusia melibatkan suatu ketimpangan berstruktur dari kondisi-kondisi kehidupan yang tidak ada persamaannya dalam dunia binatang. (30)

Kapitalisme adalah rezim kapital, bentuk kepenguasaan yang kita dapati bila kekuasaan mengambil aspek dominasi, oleh mereka yang menguasai akses kepada sarana produksi yang berupa mayoritas besar yang harus mencari “pekerjaan”. (33)

Tidak adanya pemaksaan langsung dalam hubungan sosial dari kapital itu telah memasukkan suatu unsur perluasan yang diperlukan yang tidak didapati dalam praktek kekuasaan dengan cara-cara lain.

Rezim Kapital
Kapitalisme adalah suatu ruang masyarakat terlapis dimana akumulasi kekayaan memenuhi 2 fungsi, (1) realisasi prestis yang membawa kebutuhan-kebutuhan seksual dan emosional dibawah sadar. (2) Ekspresi kekuasaan dengan sederet persyaratan dan asal usul dibawah sadar.

Selain sifat-sifat nafsu bebas dari aspek abstrak kapital, ada atribut lain yang juga mendorong usaha yang terus-menerus untuk mengakumulasi yang timbul karena kapital itu eksis dalam suatu keadaan bahaya yang terus menerus selagi kapital menjalani lingkaran MCM yang tidak pernah putus.

Kapital hanya berkuasa kalau ia terus menerus beada dalam peredaran (23)

Pencairan dan penarikan terus menerius ini adalah esensi dari proses kompetisi, yang sekarang bisa dipandang sebagai suatu unsur dalam cara kerja sistem yang secara langsung berasal dari sifat kapital itu sendiri.

Kompetisi merupakan (telah menjadi) pembongkaran mutlak (inescapable exposure) dari masing-masing usaa para kapitalis guna memperoleh sebanyak mungkin daya beli masyarakat.

Kompetisi tidak ada kaitan dengan prestise.

Negara bisa meredam kompetisi dalam tiap-tiap pasar, tetapi tidak dapat menghentikan “waspada dari satu terhadap semua yang lain” yang tidak diakibatkan lingkaran M-C-M (37)

Kompetisi tidak langsung menjadi kapitalis dengan pekerja melainkan kapitalis dengan kapitalis.

Kapital itu sendiri memperkenalkan suatu bentuk perang sosial dan perang sosial membawa suatu intensitas baru untuk dorongan mencari kekayaan dalam lapisan bawah perilaku (sifat manusia). Intensitas ini berasal dari motif survive (survival/pelestarian diri) suatu motif/tanggapan-tanggapan instingtual yang paling intens dan paling tidak terkendali.

Motive survive harus ditambahkan dalam mendukung keinginan akan prestis dan kekuasaan.

Pertahanan kapital tidak bisa dilakukan seperti pertahanan suatu kota. Peraturan yang ada bagi suatu kapitalis (besar atau kecil) adalah suatu konsentrasi terus-menerus guna merebut kembali kapital sebagai uang dari tangan masyarakat.
Disinilah akar dari perilaku perolehan dari dunia bisnis yang sekarang bisa kita lihat sebagai suatu ekspresi yang diperlukan dari sifat kapital itu sendiri.

Orientasi perolehan memiliki 2 aspek
1. Sikap agresif dari para peserta dalam lingkungan ekonomi dalam hal pencarian uang itu sendiri.
2. Dorongan yang diberikan kepada gerakan-gerakan perlindungan-pemakaian kekuasaan-kekuasaan negara untuk membatasi bahaya-bahaya saling merongrong anara kapital-kapital.
Pemakaian semua sarana yang mungkin untuk memperolah sesuatu keuntungan kompetitif atas kapital-kapital lain yang paling efektif dari sarana-sarana ini adalah pengembangan cara-cara untuk mengorganisir lingkaran M-C-M dalam mata rantai tengahnya. (38 – 39)

Ekspansi kapital  kehidupan sehari-hari dibawa ke dalam lingkaran akumulasi.

Sebagian besar dari apa yang disebut “pertumbuhan” dalam masyarakat kapitalis terdiri dari komodifikasi-komodifikasi kehidupan, bukan dalam pembesaran output-output yang tidak berubah atau bahkan diperbaiki.

Penekanan terus menerus pada penemuan-penemuan yang “menghemat waktu” atau usaha bisnis terus menerus untuk memakai gaya-gaya hidup baru adalah contoh-contoh dari aspek komodifikasi ini dalam kepemilikan kapital yang meluaskan diri.

Sifat mengembang dari kapital mempengaruhi gerakan sistemiknya – yaitu logikanya dalam cara yang lebih penting lagi. Ini adalah sumber dari suatu tekanan disipliner umum yang bersama dengan terobosan dari ajakan perolehan itu sendiri, menetapkan kecenderungan yang menata-diri yang merupakan salah satu karakteristik umum dari kapitalisme (39)
Yaitu, pola konfigurasional yang dijalani oleh sistem, baik dalam kerangka irama-irama ekspansinya dan pola-pola orangnya adalah sebagian besar merupakan konsekuensi-konsekuensi ekspansi dan pembenturan dari unit-unit bisnisnya yang sekarang kita lihat sebagai suatu aspek hakikat kapitalisme.

Karakter spesifik dan hasil dari interaksi unit-unit kapital ekspansif ini bergantung pada berbagai unsur dalam struktur kelembagaan sistem, termasuk aparatur teknisnya, etos bisnis dan kultural yang berlaku, dan ideologi pemerintahannya, sehingga kompetisi memiliki berbagai bentuk dan konsekuensi bagi suatu dunia kapital skala kecil bukannya dunia kapital-kapital …..

Terdapat 2 efek yang meluas (40)
(1) Ketundukan dari usaha-usaha kapitalis untuk memperoleh kekayaan kepada prasyarat-prasyarat objektf dari pasar.
Dorongan bagi kekayaan dengan demikian terikat ke dalam produksi nilai-nilai pakai-bukan sebagai perwujudan/ “tujuan-tujuan” pencarian kekayaan, tetapi sebagai wahana, sarana dengan mana hal itu direalisasi.
… menekankan kebutuhan sistem untuk memenuhi nafsu material populasinya.
Kapitalis menjadi suatu pribadi yang tidak memiliki kekuasaan apapun, yang terpaksa menerima tingkat-tingkat ongkos dan harga yang ditetapkan oleh proses-proses pasar yang tidak dikuasainya. Dengan demikian “kapital-kapital” yang tampaknya tidak berdaya itu memberikan basis bagi logika pengkoreksian diri dari sistem itu.

(2) Suatu kekuatan disipliner ke dua muncul begitu dorongan pemaksimal dari kapital menjadi umum disemua lapisan masyarakat. – membentuk suatu kompetisi antar kapitalis. Konsekuensi yang teramat penting dari penyebaran perilaku pemaksimal ini adalah bahwa masing-masing bagian dari masyarakat kapitalis, yaitu para pekerja maupun para kapitalist menjadi terbuka terhadap kekuatan-kekuatan magnetis dari pasar, mengikuti sinyal-sinyal harga seperti anak-anak panah yang menunjukkan gerakan perilaku mereka apakah sebagai pembeli atau penjual, akibat dari magnetisasi yang merata ini adalah penciptaan suatu “sistem” ekonomik yang memperoleh kejelasan dan kontinuitasnya bukan dari pengaruh tradisi yang mendesak dari bawah atau pemerintah yang menetapkan kehendak dari atas tetapi oleh hasil tidak sengaja dari kegiatan-kegiatan yang dikendalikan sendiri yang tumbuh dari dalam (82)

Di bawah suatu sistem kerja upahan, para pekerja itu sepenuhnya bebas untuk masuk atau keluar hubungan kerja sekehendak mereka sendiri (43)

Produk (yang dihasilkan) menjadi milik pemilik sumberdaya kapital yang dipakai dalam produksi (buyers) bukan menjadi milik pemilik sumberdaya kerja yang menerima bayaran-upah dan yang tidak memiliki hak legal atas produk mereka.

Hubungan upah itu sendiri menjadi suatu cara bagaimana dominasi suatu kelas atas kelas lainnya secara tidak kentara dimasukkan ke dalam cara kerja sistem.

Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil (memiliki) produk (output produksi) tanpa membayarnya, tidak juga pekerja, manajemen, pemilik saham, dll.
Pemilik output adalah korporasi contoh GM

Perolehan laba dalam sesuatu tentunya merupakan kegiatan yang berhasil dari suatu hubungan yang pada dasarnya adalah politis.
Laba adalah darah kehidupan kapitalisme, (50)
Bukan saja karena merupakan sarana yang dipakai masing-masing kapital untuk memperoleh segala sesuatu yang diperlukan untuk ekspansinya tetapi karena itu adalah cara bagaimana hubungan dominasi itu dilaksanakan. Pembangkitan terus menerus laba menghasilkan suasana eforiknya karena hal itu membuktikan bahwa rezim itu memenuhi tugas politisnya – yaitu mengorganisir masyarakat sesuai dengan asas-asas dan tujuan-tujuan yang merupakan alasan keberadaan masyarakat itu.
Laba-laba bagi kapitalisme merupakan padanan fungsional dari perolehan wilayah atau jarahan bagi rezim-rezim militer atau suatu peningkatan dalam jumlah penganut bagi rezim-rezim relijius, atau legitimasi dari wewenang yang diakui bagi negara yang mengalami pergantian penguasa.
Terdapat penggambaran konkret dari struktur kekuasaan yang abstrak, hirarkis, privelis dan keyakinan yang timbul dari sifat sistem itu dan itu menimbulkan logikanya.

Dalam semua penggambaran-penggambaran dari sistem bisnis, laba-laba merupakan variabel ekonomi kunci, tetapi dalam setiap penggambaran dari rezim kapitalisme laba-laba itu harus merupakan parameter-parameter dari tugas historis sentralnya. (50)

Peran Negara 

Kontradiksi-kontradiksi kapitalisme itu timbul dari hakikat dan logika sistem tersebut- yaitu dari tergelarnya suatu masyarakat yang berada dalam tekanan dan tegangan khas yang ditimbulkan oleh pencariannya yang unik historis atas surplus pada umumnya.

Negara (modern) kehilangan (secara bertahap) kekuasan terhadap buruh, material, bahkan atas uang (surplus) yang ia gunakan (secara tradisional) untuk mengerahkan kekuatan sekular, relijius atau militer (59)
Walau negara mempertahankan persenjataan purna berupa kepenguasaan dan wewenang dari kewibawaan, negara itu menjadi bergantung pada operasi di republik yang diciptakannya sendiri untuk memberi penghasilan pada negara (59)

Tempat utama yang diduduki oleh logika ekonomis dalam hal pengumpulan dan pembagian surplus memberikan suatu bobot karakteristik ( a characteristic tention) ke dalam hakikat politis dari kapitalisme.

Karena negara ataupun perekonomian tidak bisa eksis dengan sendirinya, dan masing-masing itu mampu, karena keliru beroperasi, membahayakan keberhasilan operasi satu sama lain. (61)

Demikianlah maka kapital, yang muncul di dalam negara dan yang eksis semula haya atas perkenan negara, menjadi makin mampu menentang atau eksis “di atas”, negara (62).
Suatu jaringan arus-arus komoditi memotong melintasi batas-batas kedaulatan nasional guna membentuk suatu “sistem” yang beroperasi menurut kehendak-kehendak logikanya sendiri, dengan makin tidak memperdulikan kehendak-kehendak politis (62)

Merupakan sifat rezim kapital bahwa ia eksis dalam kondisi kebebasan campruan, dan ketergantungan pada, rezim kekuasaan negara sebelumnya, barangkali ditandai oleh adanya perubahan bolak-balik antara hegemoni terpusat dan persaingan (63)

Kekuatan-kekuatan kapital menetapkan pengaruh aktifnya yang besar dalam waktu-waktu normal. Sedangkan negara memiliki kemampuan untuk mengarahkan energi-energi laten dari bawah sadar guna mendukung sosoknya sebagai orang-tua terutama selama masa perang (atau gangguan-gangguan internal terbuka) (63)

Dalam hal perpecahan antara wilayah-wilayah kekuasaan, cukuplah kalau dibuktikan keunggulan kapital di antara wilayah-wilayah itu, bukannya kediktatorannya. (63)

Raisons d'etre (alasan keberadaan)
Penyediaan hukum-hukum dan sanksi-sanksi, penyelenggaraan urusan-urusan militer, pelaksanaan upacara-upacara sekular dan relijius; penyelenggaraan pembangunan fasilitas umum dan monumen, pengumpulan informasi, penyelenggaraan kesejahteraan sosial – adalah tugas-tugas teknis dan organisasional negara apa yang membuatnya menjadi “politis” adalah bahwa tugas-tugas itu dilaksanakan dari tokoh-tokoh dan kelas-kelas penguasa.