Rabu, 31 Maret 2010

CATATAN BUKU : HAKIKAT DAN LOGIKA KAPITALISME



Robert L. Heilbroner
HAKIKAT DAN LOGIKA KAPITALISME
LP3ES, Oktober 1991, terjemahan (Wartono Hadikusumo)


“Hakikat” formasi sosial  susunan unsur-unsur yang mempengaruhi perilaku para anggotanya terutama jenis-jenis perilaku yang mendorong sistem sepanjang suatu jalur historis tertentu.

Kapitalisme… pemakaian kekayaan dalam berbagai bentuk konkret, bukan sebagai tujuan itu sendiri, tetapi sebagai sarana guna mengakumulasikan lebih banyak kekayaan (hal 20)

Dalam kapitalisme pemanfaatan surplus digunakan untuk menunjang kekuasaan suatu kelas dominan.

Dalam formasi sosial masyarakat sebelumnya hal tersebut digunakan untuk ekspansi militer, relijius dan dinastik.
Dalam peradaban-peradaban kuno, kekayaan itu sendiri terutama mengambil bentuk yang itu saja sudah merupakan alasan yang memadai bagi keberadaannya merupakan tujuan akhirnya. (hal 20)
Dalam kapitalisme kekayaan ada dalam benda-benda material hanya untuk sementera waktu.

Kapital itu adalah salah satu dari hal-hal itu kalau ia dipakai untuk menggerakkan suatu proses transformasi berlanjut atas kapital sebagai uang menjadi kapital - sebagai komoditi, diikuti oleh suatu retransformasi dari kapital – sebagai komoditi menjadi kapital sebagai uang yang bertambah. Inilah rumusan M-CM yang terkenal itu yang merupakan penskemaan Marx atas metamorfosis yang berulang dan meluas yang dijalani oleh “kapital” itu. (hal 21)

Setelah proses M-CM, ia tidak berhenti tetap terus dikelola dalam suatu lingkaran yang tidak berakhir. Karena uang yang diolah jadi komoditi dan dapat uang lagi tidak diperlakukan sebagai produk akhir pencarian kekayaan tetap diakumulasikan untuk memasuki tahap MCM lagi.

Karena itu kapital bukanlah suatu benda material melainkan suatu proses yang memakai benda-benda material sebagai tahap-tahap dalam eksistensi dinamika yang berkelanjutan. (hal 21)

Kapital adalah suatu proses sosial bukanlah proses fisik (hal 22).
Kapital bisa bahkan harus mengambil bentuk fisik tetap maknanya hanya bisa difahami jika kita memandang bahwa benda-benda material ini mewujudkan dan menyimbolkan suatu totalias yang meluas.
Tahap tujuan pengorganisasian yang meluas, kapital lebur menjadi batu-batu bangunan material yang memang diperlukan tetap belum bisa mendefinisikan tujuan hidupnya (hal 22).
Uang dan Kapital
Uang adalah cara bagaimana kita biasanya mengukur besarnya kekayaan, namun orang itu sendiri bukanlah kapital uang yang dipakai itulah yang merupakan kapital (hal 22).

Saudagar-saudagar (masyarakat-masyarakat kuno) tidak disebut sebagai kapitalis karena fungsi produksi/fungsi pembimbing niaga dari inti-inti kapital ini adalah terlalu kecil dibanding dengan tradisi atau pemerintah, yaitu kekuatan pembaru dan pengarah utama di dalam sistem-sistem ini. Proses kapitalis dalam masyarakat ini diserahkan kepada pinggiran kegiatan sosial (the periphery of social activity), sering mengarahkan kegiatan-kegiatan berorientasi kemewahan tatapi bukan kegiaan yang sentral/penting.
Aspek kritis dari uang/barang kapital sebagai milik pribadi tidak terletak dalam hak para pemiliknya untuk memakainya sekehendak mereka, karena hak sosial yang berbahaya itu tidak pernah ada, tetapi untuk tidak memakainya jika memang dikehendaki oleh pemiliknya. Hak inilah yang memungkinkan kapitalis untuk mendominasi lingkungan niaga dan produksi, yang berada dalam wewenangnya, sebagaimana juga hak-hak legal lainnya yang memungkinkan perwira-perwira militer/pendeta/tokoh-tokoh politik mendominasi lingkungan yang berada dalam wewenang mereka. (hal 23)

Dominasi
Gagasan kapital sebagai suatu hubungan sosial membawa kita langsung ke inti dari hubungan itu dominasi.

Dominasi oleh tentara, gereja (negara) memperoleh kekuasaan-kekuasaan pembentuk perilaku langsung dari pemakaian, atau ancaman akan memakai, penghukuman fisik atau spiritual. Yaitu, memang merupakan kompetensi legal dari para pejabat ini untuk menerapkan penderitaan pada mereka yang gagal mematuhi perintah-perintah mereka.
Proses sosilisasi mungkin menyebabkan cukup hanya diperlukan memamerkan simbol kekuasaan, bukan menerapkan kekerasan, tetapi kapasitas untuk memaksakan atau menerapkan penderitaan tetap merupakan esensi dari kapasitas dominasi.

Pemilik kapital tidak berhak memakai kekuatan-kekuatan langsung terhadap mereka yang menolak untuk memasuki hubungannya dengannya sebagai pembeli atau penjual.
Kekuatan pemaksa dimiliki oleh negara, bukan kapitalis dan bila kapitalis menggunakan taktik-taktik tangan besi maka itu berarti tindakannya melanggar hukum, bukan pemakaian kekuasaan secara selayaknya.

Kapital bisa menerapkan pengaruh pengatur dan pendisiplinannya hanya bila kondisi-kondisi sosial menjadikan tindakan menahan kapital itu menjadi tindakan yang memiliki konsekuensi sosial kritis.
Syarat :
1. munculnya suatu kelas yang berorientasi kapital.
2. Munculnya kelas pekerja yang tergantung kebutuhan hidupnya pada akses peralaan produksi kapitalis (24 – 25)

Hanya dengan memahami bahwa keutuhan yang nampaknya konkret dari kapital itu nyatanya merupakan gambaran dan hubungan-hubungan ketergantungan antara 2 kategori eksistensi sosial yang berbeda ini maka dapatlah dipahami keberartian kapital itu, dan dengan itu difahami pula pengaruh perilakuan (behavioral) yang diterapkannya sebagai suatu unsur pembentuk sentral dalam hakikat dari sistem yang didirikan atas namanya (hal 25)

Hubungan dominasi punya 2 kutub (kapitalis)
1. Ketergantungan pekerja kepentingan kapital (produksi) sebagai gantungan hidup.
2. Dorongan tanpa henti dan tanpa puas untuk mengakumulasi kapital.

“Besarnya kekuasaan uang ialah besarnya kekuasaan saya. Sifat-sifat uang adalah sifat-sifat dan kekuatan-kekuatan esensial saya – sifat-sifat dan kekuatan-kekuatan pemiliknya” Marx (hal 27)

“Karena itu kekayaan adalah suatu kategori sosial yang tidak terpisahkan dari kekuasaan.” (hal 28)

Kekayaan tidak bisa eksis kecuali juga ada suatu kondisi kelangkaan – bukan kelangkaan sumber daya-sumberdaya itu sendiri, tetapi kelangkaan sarana-sarana akses kepada sumberdaya-sumberdaya itu.

Adam Smith – “Bilamana terdapat harta dalam jumlah besar, terdapat pula sejumlah ketidakmerataan. Untuk tiap satu orang yang sangat kaya, paling tidak akan ada 500 orang yang miskin dan dari kemewahan yang kaya bisa dibayangkan kemeralatan dari yang banyak itu.” (28)

Kekuasaan kapital, …, memiliki atribut yang menarik yang tidak memiliki hak-hak penghukuman langsung, yang tampaknya hampir-hampir merupakan suatu kontradiksi dari maka kekuasaan itu sendiri-sendiri; tetapi tidak seorangpun akan mengingkari bahwa kapital memiliki kekuasaan untuk memerintah dan meminta kepatuhan dalam skala yang sangat besar.

Dominasi dalam masyarakat manusia melibatkan suatu ketimpangan berstruktur dari kondisi-kondisi kehidupan yang tidak ada persamaannya dalam dunia binatang. (30)

Kapitalisme adalah rezim kapital, bentuk kepenguasaan yang kita dapati bila kekuasaan mengambil aspek dominasi, oleh mereka yang menguasai akses kepada sarana produksi yang berupa mayoritas besar yang harus mencari “pekerjaan”. (33)

Tidak adanya pemaksaan langsung dalam hubungan sosial dari kapital itu telah memasukkan suatu unsur perluasan yang diperlukan yang tidak didapati dalam praktek kekuasaan dengan cara-cara lain.

Rezim Kapital
Kapitalisme adalah suatu ruang masyarakat terlapis dimana akumulasi kekayaan memenuhi 2 fungsi, (1) realisasi prestis yang membawa kebutuhan-kebutuhan seksual dan emosional dibawah sadar. (2) Ekspresi kekuasaan dengan sederet persyaratan dan asal usul dibawah sadar.

Selain sifat-sifat nafsu bebas dari aspek abstrak kapital, ada atribut lain yang juga mendorong usaha yang terus-menerus untuk mengakumulasi yang timbul karena kapital itu eksis dalam suatu keadaan bahaya yang terus menerus selagi kapital menjalani lingkaran MCM yang tidak pernah putus.

Kapital hanya berkuasa kalau ia terus menerus beada dalam peredaran (23)

Pencairan dan penarikan terus menerius ini adalah esensi dari proses kompetisi, yang sekarang bisa dipandang sebagai suatu unsur dalam cara kerja sistem yang secara langsung berasal dari sifat kapital itu sendiri.

Kompetisi merupakan (telah menjadi) pembongkaran mutlak (inescapable exposure) dari masing-masing usaa para kapitalis guna memperoleh sebanyak mungkin daya beli masyarakat.

Kompetisi tidak ada kaitan dengan prestise.

Negara bisa meredam kompetisi dalam tiap-tiap pasar, tetapi tidak dapat menghentikan “waspada dari satu terhadap semua yang lain” yang tidak diakibatkan lingkaran M-C-M (37)

Kompetisi tidak langsung menjadi kapitalis dengan pekerja melainkan kapitalis dengan kapitalis.

Kapital itu sendiri memperkenalkan suatu bentuk perang sosial dan perang sosial membawa suatu intensitas baru untuk dorongan mencari kekayaan dalam lapisan bawah perilaku (sifat manusia). Intensitas ini berasal dari motif survive (survival/pelestarian diri) suatu motif/tanggapan-tanggapan instingtual yang paling intens dan paling tidak terkendali.

Motive survive harus ditambahkan dalam mendukung keinginan akan prestis dan kekuasaan.

Pertahanan kapital tidak bisa dilakukan seperti pertahanan suatu kota. Peraturan yang ada bagi suatu kapitalis (besar atau kecil) adalah suatu konsentrasi terus-menerus guna merebut kembali kapital sebagai uang dari tangan masyarakat.
Disinilah akar dari perilaku perolehan dari dunia bisnis yang sekarang bisa kita lihat sebagai suatu ekspresi yang diperlukan dari sifat kapital itu sendiri.

Orientasi perolehan memiliki 2 aspek
1. Sikap agresif dari para peserta dalam lingkungan ekonomi dalam hal pencarian uang itu sendiri.
2. Dorongan yang diberikan kepada gerakan-gerakan perlindungan-pemakaian kekuasaan-kekuasaan negara untuk membatasi bahaya-bahaya saling merongrong anara kapital-kapital.
Pemakaian semua sarana yang mungkin untuk memperolah sesuatu keuntungan kompetitif atas kapital-kapital lain yang paling efektif dari sarana-sarana ini adalah pengembangan cara-cara untuk mengorganisir lingkaran M-C-M dalam mata rantai tengahnya. (38 – 39)

Ekspansi kapital  kehidupan sehari-hari dibawa ke dalam lingkaran akumulasi.

Sebagian besar dari apa yang disebut “pertumbuhan” dalam masyarakat kapitalis terdiri dari komodifikasi-komodifikasi kehidupan, bukan dalam pembesaran output-output yang tidak berubah atau bahkan diperbaiki.

Penekanan terus menerus pada penemuan-penemuan yang “menghemat waktu” atau usaha bisnis terus menerus untuk memakai gaya-gaya hidup baru adalah contoh-contoh dari aspek komodifikasi ini dalam kepemilikan kapital yang meluaskan diri.

Sifat mengembang dari kapital mempengaruhi gerakan sistemiknya – yaitu logikanya dalam cara yang lebih penting lagi. Ini adalah sumber dari suatu tekanan disipliner umum yang bersama dengan terobosan dari ajakan perolehan itu sendiri, menetapkan kecenderungan yang menata-diri yang merupakan salah satu karakteristik umum dari kapitalisme (39)
Yaitu, pola konfigurasional yang dijalani oleh sistem, baik dalam kerangka irama-irama ekspansinya dan pola-pola orangnya adalah sebagian besar merupakan konsekuensi-konsekuensi ekspansi dan pembenturan dari unit-unit bisnisnya yang sekarang kita lihat sebagai suatu aspek hakikat kapitalisme.

Karakter spesifik dan hasil dari interaksi unit-unit kapital ekspansif ini bergantung pada berbagai unsur dalam struktur kelembagaan sistem, termasuk aparatur teknisnya, etos bisnis dan kultural yang berlaku, dan ideologi pemerintahannya, sehingga kompetisi memiliki berbagai bentuk dan konsekuensi bagi suatu dunia kapital skala kecil bukannya dunia kapital-kapital …..

Terdapat 2 efek yang meluas (40)
(1) Ketundukan dari usaha-usaha kapitalis untuk memperoleh kekayaan kepada prasyarat-prasyarat objektf dari pasar.
Dorongan bagi kekayaan dengan demikian terikat ke dalam produksi nilai-nilai pakai-bukan sebagai perwujudan/ “tujuan-tujuan” pencarian kekayaan, tetapi sebagai wahana, sarana dengan mana hal itu direalisasi.
… menekankan kebutuhan sistem untuk memenuhi nafsu material populasinya.
Kapitalis menjadi suatu pribadi yang tidak memiliki kekuasaan apapun, yang terpaksa menerima tingkat-tingkat ongkos dan harga yang ditetapkan oleh proses-proses pasar yang tidak dikuasainya. Dengan demikian “kapital-kapital” yang tampaknya tidak berdaya itu memberikan basis bagi logika pengkoreksian diri dari sistem itu.

(2) Suatu kekuatan disipliner ke dua muncul begitu dorongan pemaksimal dari kapital menjadi umum disemua lapisan masyarakat. – membentuk suatu kompetisi antar kapitalis. Konsekuensi yang teramat penting dari penyebaran perilaku pemaksimal ini adalah bahwa masing-masing bagian dari masyarakat kapitalis, yaitu para pekerja maupun para kapitalist menjadi terbuka terhadap kekuatan-kekuatan magnetis dari pasar, mengikuti sinyal-sinyal harga seperti anak-anak panah yang menunjukkan gerakan perilaku mereka apakah sebagai pembeli atau penjual, akibat dari magnetisasi yang merata ini adalah penciptaan suatu “sistem” ekonomik yang memperoleh kejelasan dan kontinuitasnya bukan dari pengaruh tradisi yang mendesak dari bawah atau pemerintah yang menetapkan kehendak dari atas tetapi oleh hasil tidak sengaja dari kegiatan-kegiatan yang dikendalikan sendiri yang tumbuh dari dalam (82)

Di bawah suatu sistem kerja upahan, para pekerja itu sepenuhnya bebas untuk masuk atau keluar hubungan kerja sekehendak mereka sendiri (43)

Produk (yang dihasilkan) menjadi milik pemilik sumberdaya kapital yang dipakai dalam produksi (buyers) bukan menjadi milik pemilik sumberdaya kerja yang menerima bayaran-upah dan yang tidak memiliki hak legal atas produk mereka.

Hubungan upah itu sendiri menjadi suatu cara bagaimana dominasi suatu kelas atas kelas lainnya secara tidak kentara dimasukkan ke dalam cara kerja sistem.

Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil (memiliki) produk (output produksi) tanpa membayarnya, tidak juga pekerja, manajemen, pemilik saham, dll.
Pemilik output adalah korporasi contoh GM

Perolehan laba dalam sesuatu tentunya merupakan kegiatan yang berhasil dari suatu hubungan yang pada dasarnya adalah politis.
Laba adalah darah kehidupan kapitalisme, (50)
Bukan saja karena merupakan sarana yang dipakai masing-masing kapital untuk memperoleh segala sesuatu yang diperlukan untuk ekspansinya tetapi karena itu adalah cara bagaimana hubungan dominasi itu dilaksanakan. Pembangkitan terus menerus laba menghasilkan suasana eforiknya karena hal itu membuktikan bahwa rezim itu memenuhi tugas politisnya – yaitu mengorganisir masyarakat sesuai dengan asas-asas dan tujuan-tujuan yang merupakan alasan keberadaan masyarakat itu.
Laba-laba bagi kapitalisme merupakan padanan fungsional dari perolehan wilayah atau jarahan bagi rezim-rezim militer atau suatu peningkatan dalam jumlah penganut bagi rezim-rezim relijius, atau legitimasi dari wewenang yang diakui bagi negara yang mengalami pergantian penguasa.
Terdapat penggambaran konkret dari struktur kekuasaan yang abstrak, hirarkis, privelis dan keyakinan yang timbul dari sifat sistem itu dan itu menimbulkan logikanya.

Dalam semua penggambaran-penggambaran dari sistem bisnis, laba-laba merupakan variabel ekonomi kunci, tetapi dalam setiap penggambaran dari rezim kapitalisme laba-laba itu harus merupakan parameter-parameter dari tugas historis sentralnya. (50)

Peran Negara 

Kontradiksi-kontradiksi kapitalisme itu timbul dari hakikat dan logika sistem tersebut- yaitu dari tergelarnya suatu masyarakat yang berada dalam tekanan dan tegangan khas yang ditimbulkan oleh pencariannya yang unik historis atas surplus pada umumnya.

Negara (modern) kehilangan (secara bertahap) kekuasan terhadap buruh, material, bahkan atas uang (surplus) yang ia gunakan (secara tradisional) untuk mengerahkan kekuatan sekular, relijius atau militer (59)
Walau negara mempertahankan persenjataan purna berupa kepenguasaan dan wewenang dari kewibawaan, negara itu menjadi bergantung pada operasi di republik yang diciptakannya sendiri untuk memberi penghasilan pada negara (59)

Tempat utama yang diduduki oleh logika ekonomis dalam hal pengumpulan dan pembagian surplus memberikan suatu bobot karakteristik ( a characteristic tention) ke dalam hakikat politis dari kapitalisme.

Karena negara ataupun perekonomian tidak bisa eksis dengan sendirinya, dan masing-masing itu mampu, karena keliru beroperasi, membahayakan keberhasilan operasi satu sama lain. (61)

Demikianlah maka kapital, yang muncul di dalam negara dan yang eksis semula haya atas perkenan negara, menjadi makin mampu menentang atau eksis “di atas”, negara (62).
Suatu jaringan arus-arus komoditi memotong melintasi batas-batas kedaulatan nasional guna membentuk suatu “sistem” yang beroperasi menurut kehendak-kehendak logikanya sendiri, dengan makin tidak memperdulikan kehendak-kehendak politis (62)

Merupakan sifat rezim kapital bahwa ia eksis dalam kondisi kebebasan campruan, dan ketergantungan pada, rezim kekuasaan negara sebelumnya, barangkali ditandai oleh adanya perubahan bolak-balik antara hegemoni terpusat dan persaingan (63)

Kekuatan-kekuatan kapital menetapkan pengaruh aktifnya yang besar dalam waktu-waktu normal. Sedangkan negara memiliki kemampuan untuk mengarahkan energi-energi laten dari bawah sadar guna mendukung sosoknya sebagai orang-tua terutama selama masa perang (atau gangguan-gangguan internal terbuka) (63)

Dalam hal perpecahan antara wilayah-wilayah kekuasaan, cukuplah kalau dibuktikan keunggulan kapital di antara wilayah-wilayah itu, bukannya kediktatorannya. (63)

Raisons d'etre (alasan keberadaan)
Penyediaan hukum-hukum dan sanksi-sanksi, penyelenggaraan urusan-urusan militer, pelaksanaan upacara-upacara sekular dan relijius; penyelenggaraan pembangunan fasilitas umum dan monumen, pengumpulan informasi, penyelenggaraan kesejahteraan sosial – adalah tugas-tugas teknis dan organisasional negara apa yang membuatnya menjadi “politis” adalah bahwa tugas-tugas itu dilaksanakan dari tokoh-tokoh dan kelas-kelas penguasa.

1 komentar: