Kamis, 22 April 2010

KOMUNITAS DAN KOPERASI


Oleh : Sony E. Setyawan

Berkomunitas tidaklah hanya sebagai trend, namun telah menjadi sebuah ‘social needs’ di saat ini. Apalagi ditunjang oleh teknologi jejaring sosial yang membuat interaksi semakin kuat dan intens. Tidak mengherankan bila komunitas-komunitas tumbuh bak cendawan.
Komunitas-komunitas bisa muncul dari berbagai latar, kesamaan hobi, pekerjaan, idealisme, kecintaan terhadap produk, dll. Yang sama dari semua komunitas tersebut adalah spiritnya. Komunitas adalah kumpulan orang-orang, bukan kumpulan uang. Dan komunitas yang langgeng adalah komunitas yang punya soul, jadi bukan sekedar kumpul-kumpul. Tiap anggotanya punya rasa bangga dan mengidentifikasikan diri dalam komunitas, sehingga terbentuk belonging yang kuat, dimana antar anggota saling peduli (care) seperti sebuah keluarga.
Spirit (soul) dari komunitas itulah yang acapkali hilang dari koperasi-koperasi kita. Koperasi kita seringkali terlalu economic oriented. Terlalu mengedepankan iuran dan uangnya, namun kering dalam bounding interaksi sosial sehingga koperasi-koperasi berdiri atas landasan ekonomi semata. Hasilnya bisa kita lihat, koperasi kita tidak banyak berkembang dan kalah jauh dari organisasi ekonomi (swasta) non koperasi. Sedangkan koperasi-koperasi yang terlihat sukses, kadangkala adalah koperasi yang berdiri atas inisiatif pemerintah dan acapkali koperasi tersebut mendapat bantuan kontinyu dari pemerintah.
Sejatinya koperasi dan komunitas memiliki beberapa persamaan, yaitu asosiasi orang-orang yang bergabung dan melakukan kegiatan (usaha) bersama. Keduanya sama-sama mengedepankan humanity ketimbang akumulasi uang. “Money can’t buy my love”, begitu kira-kira spiritnya. Itulah sebabnya saya merasa koperasi dan komunitas bisa saling berkolaborasi dalam mewujudkan ekonomi kerakyatan versi 2.0.
Ekonomi kerakyatan versi 2.0 adalah ekonomi koperasi berbasis komunitas. Yang menjadi landasan utama dalam ekonomi koperasi berbasis komunitas adalah identitas (karakter) komunitas, kreativitas anggota komunitas dan dinamika anggota dalam berkoperasi-komunitas.
Salah satu hal terpenting dari komunitas adalah pembentukannya terjadi bukan atas inisiatif pemerintah dan hidup bukan dari bantuan pemerintah. Komunitas berdiri murni inisiatif anggotanya, dan inilah yang sebetulnya di cita-citakan oleh Bung Hatta dengan koperasinya. Koperasi yang mandiri dan independent, dari anggota oleh anggota dan untuk anggota.
Sistem koperasi bisa masuk ke dalam komunitas dalam berbagai wujud. Dari mulai arisan dan simpan-pinjam koperasi, membuka toko hobi, sampai perusahaan bersistem koperasi. Masuknya sistem koperasi dalam komunitas memiliki banyak manfaat bagi anggota komunitas, terutama mengaktifkan pemerataan kesejahteraan dan meningkatkan semangat togetherness diantara anggota komunitas. Karena sistem koperasi yang selaras dengan spirit komunitas yaitu dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota.
Aktivitas koperasi tidak terbatas antar anggota tetapi juga keluar komunitas. Hal ini bisa digunakan sebagai pemacu kreativitas anggota dalam berkreasi dan menggiatkan kegiatan perdagangan-ekonomi koperasi komunitas. Efeknya cukup jelas bagi kesejahteraan semua anggota komunitas. Karena bertujuan memeratakan kesejahteraan anggota komunitas, maka bounding antar anggota dalam memajukan koperasi-komunitas menjadi teramat penting.
Dalam komunitas yang berkoperasi, pasang-surut aktivitas koperasi ditentukan oleh pasang surut dinamika komunitas. Itulah sebabnya semakin kuat identitas komunitas, maka semakin kuat pula daya jual produk-produk koperasi komunitas. Agar identitas komunitas kuat, maka tiap anggota komunitas harus mencintai dan bangga dengan komunitasnya dan mengidentifikasikan diri pada komunitasnya. Selain itu anggota komunitas juga harus menumpahkan kreativitasnya dalam komunitas, sehingga selalu ada yang baru, fresh dan menggugah ketika berkomunitas.
Ekonomi koperasi berbasis komunitas selain dapat menjadi ajang mengali dan mengasah entrepreneurship, sekaligus dapat memperkuat social capital bangsa Indonesia yang semakin lama semakin terkikis akibat deru laju kapitalisme global. Mari kita kembali ke jati diri bangsa Indonesia, bangga menjadi Indonesia, menumpahkan kreativitas kita untuk Indonesia dan menghidupakan kembali sistem ekonomi yang humanis, ekonomi koperasi berbasis komunitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar